
Rintik hujan dibalik jendela pesawat
Hujan deras semalam masih menyisahkan rintikan hujan pagi ini, dan cuaca seperti ini memang lebih nyaman adalah tetap tinggal di rumah sambil ngopi. Namun, saya harus segara berangkat menuju Bandar Udara Sentani, sebab jam 11.10 WIT pesawat yang akan saya tumpangi berangkat menuju Manokwari. Saya berbegas menyiapkan diri dan memastikan keperluan yang hendak saya bawah, serta menyempatkan diri sarapan pagi bersama putrid kecil saya dan Istri, sebelum berangkat menju bandara.
Senpanjang Jalan Raya Waena- Sentani, nampak sepi, hanya beberapa kendaraan roda empat dan sepeda motor yang kami jumpai, atau melaju melampaui kami. Iya, selain cuaca yang tidak mendukung untuk bereaktifitas di luar rumah, hari ini memang hari Minggu, dan kebanyakan warga akan menuju ke Gereja masing-masing untuk melakukan ibadah hari Minggu.
Di Bandar Udara Sentani juga, nampak tidak sesibuk hari-hari lain, dimana penumpang begitu ramai, hingga antrian pada check-in desk begitu panjang dan sesak. Hari ini cukup lenggang, saya hany butuh waktu kurang lebih tiga menit untuk mengantri check-in pada counter Garuda Indonesia. Saya memilih untuk menggunakan maskapai Garuda Indonesia yang sedikti lebih mahal, meskipun ada maskapai penerbangan lain yang harga tiketnya sedikit lebih murah yakni Sriwijaya Air, namun saya teringat peristiwa tergelincirnya pesawat Sriwijaya Air di Bandara Rendani Manokwari beberapa waktu lalu, serta pengalaman empat haru lalu menumpang Sriwijaya Air dan merasakan proses landing yang cukup mendebarkan, sehingga saya memilih Garuda Indonesia.

Suasana di ruang tunggi garuda Indonesia, Bandara Udara Sentani- Jayapura
Setelah menunggu kurang lebih 30 menit di ruang tunggu lantai dua bandara Sentani, penumpang dipersilahkan masuk ke pasawat. Kami harus menumpang bus menuju peswat yang parkir agak sedikit jauh dari gerbang atau pintu keberangkatan. Hujan rintik, masih terus turun. Para penumpang pun memenuhi bus, dan bus melaju menuju peswat. Di depan tangga pesawat, para petugas maskapai sedang memegang tiga buah payung memayungi penumpang turun dari bus dan menaiki tangga pesawat.

Garuda Indonesia Explore Jet. Bombardier CRJ 1000
Saya juga masuk dan menuju ke tempat duduk saya, periss di depan seat emergency door dan jenis peswat yang akan sya tumpangi ini aladah type Bombardir CRJ 1000, dan cukup merasakan nyaman setelah beberapa kali menumpang jenis peswat ini pada maskapai penerbangan yang sama. Lima menit kemudian atau sekitar pukul 11.15 (telat 5 menit dari jadwal yang tertera pada ticket), peswat lepas landas menuju Manokwari. Saya kemdian tertidur, setelah beberapa menit terbang, dan terbangun ketika para pramugari membagikan snack siang.

Rendani- Bandara Udara Manokwari
Selamat Datang di Kota Injil” demikian sebuah papan reklame kecil yang terpasang perisis di sebelah jalan pintu keluar Bandar Udara Rendani, Manokwari. Iya, kota ini memang telah dideklarasikan sebagai kota injil (The Gospel City) Tanah Papua, dimana pertama kali kitab injil tiba di tanah Papua melalui dua orang missionaries asal Jerman Ottow dan Gesiler pada 5 Februari 1855.

Kota Injil Manokwari
Suasana cukup panas, suhu udara di handphone saya menunjukan 27 derajat Celcius. Saya menyewa mobil berjenis Toyota Avanza yang dikendarai oleh seorang pria muda berparas putih. Saya tidak sempat menanyakan namanya, namun dari paras dan logat bahasa yang digunakannya, saya yakin Ia adalah warga asal Manado- Sulawesi Utara.
Jalan raya tidak begitu padat, hanya pada beberapa titik lampu jalan lalu lintas, beberapa kendaraan roda dua maupun roda empat harus berhenti menunggu giliran melewati jalan bercabang. Mungkin karena hari ini adalah hari Munggu, dan bukan hari kerja kantor, sehingga warga kota Manokwari lebih memilih untuk tidak keluar rumah. Di sepanjang jalan menuju hotel, tempat saya akan menginap, saya jumpai beberapa bangunan gereja, dengan berbagai ukuran dan bentuk, ada yang telah digunakan maupun yang sedang dalam pembangunan. Saya juga meilhat masjid dan beberapa kios warga yang bernunasa Islami, hingga Yayasan Pendidikan Islam Papua (Yapis).

Jalan Poros Manokwari
Kurang lebih 30 menit perjalanan, akhirnya tiba di Mansinam Beach Hotel, yang berjarak 9.9 kilometer dari Bandar Udara Rendani Manokwari, hotel dimana saya akan mengingap semalam, sebelum melanjutkan perjalanan saya menuju Kaimana besok siang pukul 12.15 WIT dengan menumpang maskapai Garuda Indonesia. Hotel ini berada persis di bibir pantai dengan kafetaria yang bergantung di atas laut. Tidak mewah, namun cukup asyik bagi anda yang hendak menikmati segarnya angin laut, sambil memandang perahu-perahu nelayan yang hilir mudik dari anjungan dan kafe hotel.

Cafetaria Mansinam Beach Hotel. Manokwari

Ikan Kakap Bakar, Menu Khas Mansinam Beach Hotel